EMPAT TAHUN ECONOMIC TRAVELING: MENJEMBATANI EKONOMI DAN PARIWISATA DALAM JURNALISME YANG INDAH

Ditulis oleh: Abby
Disunting oleh: Ryo

Ada satu kebiasaan saya setiap kali pulang dari sebuah perjalanan panjang: menuliskan pengalaman, catatan kecil, atau sekadar rasa syukur karena bisa melihat sudut lain dari dunia. Menulis, bagi saya, bukan hanya soal mengabadikan jejak, melainkan juga cara berbagi inspirasi kepada orang lain.

Dari kebiasaan itu, saya kemudian menemukan satu media online yang terasa begitu dekat dengan cara saya memandang dunia: Economic Traveling. Media ini, sejak empat tahun lalu, hadir dan konsisten memberi ruang bagi cerita-cerita tentang pariwisata, ekonomi, dan segala sesuatu yang berada di persimpangan keduanya.

Media yang Lahir dari Pasangan Suami-Istri

Economic Traveling tidak lahir dari ruang redaksi besar dengan modal melimpah. Ia tumbuh dari tangan dingin sepasang suami-istri: Muhammad Risanta dan Olpah Sari. Ada sesuatu yang magis dari duet ini. Keduanya tidak hanya membangun sebuah media, tetapi juga merawatnya dengan cinta, etika, dan profesionalisme.

Mereka membuktikan bahwa jurnalisme tidak melulu soal headline yang riuh, tapi juga tentang narasi yang jernih, jujur, dan penuh empati. Saya bisa merasakan itu dalam setiap artikel yang mereka terbitkan. Ada napas manusia di balik angka-angka ekonomi. Ada wajah nelayan, petani, pelaku UMKM, atau pemandu wisata lokal yang muncul di balik kisah pariwisata.

Tidak Hanya Berita, Tetapi Juga Cerita

Yang membuat saya jatuh hati adalah cara Economic Traveling menulis. Ia tidak berhenti pada apa yang terjadi, tetapi juga mengapa dan bagaimana itu terjadi. Sebagai seorang traveler, saya percaya setiap perjalanan selalu memiliki dua sisi: pemandangan yang indah, dan cerita manusia di baliknya.

Media ini memahami itu dengan baik. Ia menulis pariwisata bukan sekadar destinasi, melainkan juga denyut ekonomi masyarakat setempat. Ia mengisahkan ekonomi bukan sekadar grafik pertumbuhan, melainkan juga perjuangan orang-orang kecil yang berusaha bertahan.

Abby Traveler

Ruang Inspirasi untuk Traveler Dunia

Bagi saya pribadi, membaca Economic Traveling seringkali seperti berbicara dengan seorang sahabat yang mengerti keresahan saya. Bahwa traveling bukan hanya tentang “healing” atau sekadar konten media sosial, tetapi juga tentang bagaimana perjalanan bisa menghubungkan manusia dengan alam, budaya, dan masa depan ekonominya.

Empat tahun terakhir, media ini sudah menjadi ruang inspirasi bagi banyak traveler dunia. Ia memberi sudut pandang baru bahwa pariwisata bukan hanya tentang jalan-jalan, melainkan tentang membangun jembatan antara ekonomi rakyat dan cerita manusia.

Tantangan ke Depan

Saya tahu, jalan yang mereka tempuh tidak mudah. Di era banjir informasi, menjaga profesionalisme jurnalistik bukan perkara sederhana. Apalagi ketika berhadapan dengan algoritma media sosial yang lebih sering memberi ruang pada sensasi dibanding substansi.

Namun justru di situlah nilai Economic Traveling. Ia hadir sebagai jangkar, pengingat bahwa jurnalisme yang baik adalah jurnalisme yang menginspirasi, bukan sekadar menghibur.

Empat tahun sudah mereka berkarya. Dan tantangan ke depan tentu lebih besar: bagaimana terus menjembatani ekonomi dan pariwisata dalam bingkai jurnalisme yang indah, relevan, dan tetap setia pada nilai-nilai kemanusiaan.

Penutup: Sebuah Harapan

Sebagai traveler, saya hanya bisa berharap media ini terus tumbuh, meluas, dan mengakar. Karena saya percaya, di tengah dunia yang terus berubah, kita butuh lebih banyak cerita yang bukan hanya menampilkan indahnya pemandangan, tetapi juga menghadirkan kedalaman tentang manusia dan peradaban.

Seperti kata pepatah, perjalanan terbaik bukanlah yang membuat kita melihat dunia, tetapi yang membuat kita lebih memahami kehidupan. Dan bagi saya, Economic Traveling adalah teman perjalanan yang setia mengingatkan hal itu.(*)

share

Together We Can Make Awesome Memories

Are You Ready To Join Us On Your Next Trip?

Book Your Tour Packages Now!

blog details

Why People Love Us For Adventures?